Jizo

Jizo sebagai Penyelamat Jiwa yang Terhilang dalam Mitologi Jepang

Jizo, juga dikenal sebagai Jizo Bosatsu atau Ojizo-sama, jawarascatter adalah salah satu dewa atau bodhisattva yang memiliki peran penting dalam mitologi Jepang. Ia sering kali dianggap sebagai penyelamat jiwa yang terhilang atau terlupakan, khususnya jiwa anak-anak yang meninggal dunia secara prematur atau melalui aborsi. Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai Jizo, perannya dalam kepercayaan dan budaya Jepang, serta bagaimana ia dihormati dalam masyarakat.

Asal Usul Jizo

Jizo memiliki akar dalam agama Buddha dan merupakan salah satu bodhisattva dalam Buddhisme Mahayana. Buddhisme Mahayana adalah salah satu aliran Buddhisme yang mengutamakan pembebasan semua makhluk dan memiliki banyak bodhisattva yang tugasnya adalah membantu makhluk lain mencapai pencerahan.

Di Jepang, Jizo dikaitkan dengan Ksitigarbha, sebuah bodhisattva yang memiliki peran khusus dalam membantu jiwa-jiwa yang terhilang di dunia baka (dunia setelah kematian) atau yang mengalami penderitaan setelah kematian. Awalnya, Ksitigarbha adalah seorang pangeran India yang mendedikasikan dirinya untuk menyelamatkan makhluk yang menderita di alam baka. Dalam prosesnya, ia mencapai pencerahan dan menjadi bodhisattva yang terkenal karena kasih sayang dan komitmennya untuk membantu jiwa-jiwa yang menderita.

Peran Jizo dalam Mitologi Jepang

Jizo dikenal sebagai pelindung dan penyelamat jiwa yang mengalami penderitaan setelah kematian. Peran utamanya adalah membantu jiwa-jiwa yang tersesat di dunia baka atau yang mengalami penderitaan akibat perbuatan buruk mereka selama hidup. Ia dikenal sebagai dewa yang penuh kasih sayang dan berbelas kasih, selalu siap untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkannya.

Jizo sering kali digambarkan sebagai seorang biksu atau biarawan dengan busana tradisional Buddhisme dan kepala yang dibungkus dengan seutas selendang. Ia juga biasanya memegang tongkat alat keliling, yang digunakan untuk membantu jiwa-jiwa yang tersesat menemukan jalan pulang ke alam baka yang aman. Gambaran Jizo ini menggambarkan kesederhanaan, ketulusan, dan kesetiaan dalam melayani jiwa-jiwa yang membutuhkan pertolongan.

Jizo dalam Kebudayaan Jepang

Jizo memiliki peran yang sangat penting dalam budaya Jepang, terutama dalam konteks kematian dan ritual peringatan. Orang Jepang sering kali mendekati Jizo dengan rasa hormat dan kepercayaan yang mendalam, terutama dalam situasi yang berhubungan dengan kematian dan penderitaan.

Salah satu bentuk penghormatan kepada Jizo adalah dengan mendirikan patung-patungnya di sepanjang jalan atau di tempat-tempat yang dianggap berbahaya. Ini dilakukan dengan harapan bahwa Jizo akan melindungi mereka yang berada di sekitar patung-patung tersebut, terutama anak-anak yang sering kali menjadi korban kecelakaan atau musibah.

Selain itu, Jizo juga dihormati dalam ritual untuk jiwa-jiwa yang meninggal dunia secara prematur atau melalui aborsi. Orang Jepang meyakini bahwa Jizo akan membimbing dan melindungi jiwa-jiwa ini, membantu mereka menemukan kedamaian di alam baka. Salah satu ritual yang umum dilakukan adalah memberikan makanan atau mainan kepada patung Jizo sebagai tanda penghormatan dan doa.

Selain sebagai pelindung anak-anak, Jizo juga dianggap sebagai pelindung para pelancong. Di jalan-jalan pegunungan atau di tepi jalan yang berbahaya, patung Jizo sering ditempatkan untuk memberikan perlindungan kepada para pejalan kaki. Para peziarah seringkali memberikan bunga atau batu kecil sebagai tanda penghargaan kepada Jizo atas perlindungannya.

Jizo dalam Mitologi Populer

Selain peran dan penghormatan yang nyata dalam budaya Jepang, Jizo juga muncul dalam berbagai cerita rakyat dan mitos. Salah satu cerita yang terkenal adalah kisah Jizo yang turun ke neraka untuk menyelamatkan ibunya. Dalam cerita ini, Jizo merasa sangat berduka atas penderitaan ibunya yang berada di neraka. Ia memutuskan untuk turun ke sana dan menghadapi raja neraka untuk meminta pembebasan ibunya. Kisah ini menggambarkan rasa kasih sayang dan komitmen Jizo untuk membantu mereka yang menderita, bahkan jika itu berarti menghadapi rasa takut dan penderitaan sendiri.

Jizo, dewa cinta dan penyelamat jiwa yang terhilang dalam mitologi Jepang, memainkan peran penting dalam budaya dan kepercayaan Jepang. Ia adalah simbol kasih sayang, keberanian, dan komitmen untuk membantu jiwa-jiwa yang menderita. Patung-patung Jizo tersebar luas di seluruh Jepang, dan masyarakat Jepang menghormati dewa ini dengan rasa hormat dan kepercayaan yang mendalam.

Peran Jizo dalam menghibur jiwa-jiwa yang terhilang, terutama anak-anak yang meninggal dunia secara prematur, adalah bagian integral dari kepercayaan Jepang. Ia dianggap sebagai pelindung dan penuntun bagi mereka yang membutuhkan bimbingan di dunia baka. Dengan demikian, Jizo bukan hanya sebuah tokoh dalam mitologi, tetapi juga simbol pengasih dan penyelamat dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang.